Powered By Blogger

Minggu, 14 Maret 2010

PROIL DIY

Daerah Instimewa Yogyakarta

Wilayah ini adalah sebuah tujuan wisata yang penting di Indonesia setelah Bali. Kota ini dikenal sebagai pusat kebudayaan Jawa dengan kerajaan bersejarahnya. Selain itu Yogyakarta juga merupakan kota pendidikan karena adanya sekitar 123 macam institusi pendidikan di kota ini. Kota Yogyakarta sebagai Ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai penduduk 451.118 jiwa (13,13 %) pada Tahun 2007 dan luas area 32,5 km2 (1,02%). Kota ini merupakan tujuan wisata yang terkenal yang didukung oleh perkembangan pertaniannya yang kuat dan juga produksi yang berorientasi ekspor.

Sebagai pusat dan kebudayaan dan kesenian Jawa Yogyakarta mempunyai berbagai atraksi wisata yang menarik seperti contohnya tari tradisional. Ini adalah alasan mengapa orang menganggap Yogyakarta sebagai pusat kebudayaan Jawa. Selain itu, bagi mereka yang menyukai pegungungan, pantai, atau pemandangan yang indah, Kota Yogyakarta memberikan mereka banyak pilihan. Terkait dengan warisan budaya kuno yang disebutkan diatas, Kota Yogyakarta juga dianggap sebagai pusat kebudayaan karena adanya berbagai bangunan dan tempat bersejarah.

Geografi

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dari 33 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di Pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa Yogyakarta dibagian selatan dibatasi Lautan Indonesia, sedangkan di bagian Timur Laut, Tenggara, Barat, dan Barat Laut dibatasi oleh wilayah Povinsi Jawa Tengah yng meliputi :

- Kabupaten Klaten disebelah Timur Laut

- Kabupaten Wonogiri disebelah Tenggara

- Kabupaten Purworejo di sebelah Barat

- Kabupaten Magelang di sebelah Barat Laut.

Berdasarkan satuan fisiografis, Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari :

- Pegunungan Selatan dengan luas : ± 1.656,25 km2 dengan ketinggian : 150 - 700 m

- Gunung berapi merapi dengan luas : ± 582,81 km2 dengan ketinggian : 80 - 2.911m

- Dataran rendah antara Pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulonprogo dengan luas : ± 1215,62 km2 dengan ketinggian : 0 - 80 m

- Pegunungan Kulonprogo dan Dataran Rendah Selatan dengan luas : ± 706,25 km2 dengan ketinggian : 0 - 572 m.

Posisi D.I. Yogyakarta yang terletak antara 7°.33¢ - 8°.12¢ Lintang Selatan dan 110°.00¢ - 110°.50¢ Bujur Timur, tercatat memiliki luas 3.185,80 km2 atau 0,17 % dari luas Indonesia (1.860.359,67 km2), merupakan provinsi terkecil setelah Provinsi DKI Jakarta, yang terdiri dari :

- Kabutapaten Kulonprogo, dengan luas 586,27 km2 (18,40 %)

- Kabutapaten Bantul, dengan luas 506,85 km2 (15,91 %)

- Kabutapaten Gunungkidul, dengan luas 1.485,36 km2 (46,63 %)

- Kabutapaten Sleman, dengan luas 574,82 km2 (18,04 %)

- Kata Yogyakarta, dengan luas 32,50 km2 (1,02 %).

Berdasarkan informasi dari Badan Pertanahan Nasional, dari 3.185,80

km2 luas D.I. Yogyakarta, 33,05 % merupakan jenis tanah Lithosol, 27,09 % Regosol, 12,38 % Lathosol, 10,97 % Grumusol, 10,84 % Mediterm, 3,19 % Alluvial, dan 2,47 % adalah tanah jenis Rensina.

Adat dan Budaya

Sebelum Indonesia merdeka, Yogyakarta merupakan daerah yang mempunyai pemerintahan sendiri atau disebut Daerah Swapraja, yaitu Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman. Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1755, sedangkan Kadipaten Pakualaman didirikan oleh Pangeran Notokusumo (saudara Sultan Hamengku Buwono II) yang bergelar Adipati Paku Alam I pada tahun 1813. Pada saat Proklamasi Kemerdekaan RI, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII menyatakan kepada Presiden RI, bahwa Daerah Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman menjadi wilayah Negara RI, bergabung menjadi satu, mewujudkan satu kesatuan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bertanggungjawab langsung kepada Presiden RI. Dalam sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), DIY mempunyai peranan yang strategis, sehingga pada tanggal 4 Januari 1946 s/d tanggal 27 Desember 1949 pernah dijadikan sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia.

Pada saat ini Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Kadipaten Pakualaman dipimpin oleh Sri Paduka Paku Alam IX, yang sekaligus menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DIY. Keduanya memainkan peran yang menentukan dalam memelihara nilai-nilai budaya dan adat istiadat Jawa dan merupakan pemersatu masyarakat Yogyakarta.

Pada hakekatnya, seni budaya yang asli dan indah, selalu terdapat didalam lingkungan istana Raja dan di daerah-daerah sekitarnya. Sebagai bekas suatu Kerajaan yang besar, maka Yogyakarta memiliki kesenian dan kebudayaan yang tinggi dan bahkan merupakan pusat serta sumber seni budaya Jawa. Banyak peninggalan seni-budaya yang masih dapat disaksikan di monumen dan candi-candi, istana Sultan yang masih berkaitan dengan kehidupan istana. Kehidupan seni budaya di Yogyakarta tampak masih berkembang pada kehidupan seni tari dan kesenian lainnya. Nilai-nilai budaya masyarakat Yogyakarta, terungkap pula pada bentuk arsitektur rumah penduduk, dengan bentuk joglonya yang banyak dikenal masyarakat di seluruh Indonesia. Seniman - seniman terkenal dan seniman besar yang ada di Indonesia saat ini, banyak yang dididik dan digembleng di Yogyakarta. Sederetan nama seperti Affandi, Bagong Kussudiharjo, Edhi Sunarso, Saptoto, Wisnu Wardhana, Amri Yahya, Budiani, W.S. Rendra, Kusbini, Tjokrodjijo, Basijo, Kuswadji K, Sapto Hudoyo, Ny. Kartika dan lain-lain merupakan nama-nama yang ikut memperkuat peranan Yogyakarta sebagai Pusat Kebudayaan.

Transportasi tradisional di DIY berupa :

· Andong: alat transportasi tradisional berupa kreta kayu dengan empat roda yang ditarik satu atau dua ekor kuda, roda depan labih kecil dari pada roda belakangnya, supirnya disebut Kusir.

· Becak: alat transportasi becak merupakan kendaraan umum di Yogyakarta, beroda tiga dengan tempat duduk di depan dan pengayuh becaknya duduk dibelakang.

Ekonomi Provinsi

Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik, perhitungan PDRB atas harga konstan, perekonomian Provinsi D.I.Y Tahun 2007 tumbuh sekitar 4,31%, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 3,70 % (angka diperbaiki).

Ekonomi D.I. Yogyakarta pada Tahun 2007 merupakan pertumbuhan positif dari seluruh sektor. Sektor pertambangan/penggalian mengalami pertumbuhan paling besar yaitu sebesar 9,69 %, disusul dengan sektor bangunan dan listrik/gas/air masing-masing sebesar 9,66 % dan 8,45 %.

Sektor keuangan, sektor angkutan/komunikasi, sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa tahun ini tumbuh positif sebesar 6,49 %, 6,45 % dan 5,06 % dan 3,61 %. Sedangkan pertumbuhan sektor industri pengolahan dan sektor pertanian relatif kecil, tercatat sebesar 1,89 % dan 0,80 %.

Nilai Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku Provinsi DIY pada Tahun 2007 tercatat sebesar Rp. 32.916.736 juta dengan PDRB per kapita sebesar Rp 9.584.047 atau naik 10,77%.

Pada Tahun 2007, andil terbesar berasal dari sektor jasa-jasa sebesar 19,79 %, sektor perdagangan/hotel/restaurant, sektor pertanian dan sektor industri pengolahan 19,22 %, 15,01 %, dan 13,06 %. Sektor bangunan, sektor angkutan/komunikasi, sektor keuangan tercatat sebesar 10,54 %, 10,08 % dan 9,69 %. Sedangkan sektor listrik/gas/air bersih dan sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor dengan andil terkecil masing-masing 1,29 %, dan 0,79 % dari total PDRB harga berlaku.

Ekspor dan Impor

Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi DIY mencatat nilai Ekspor Provinsi DIY Tahun 2007 mencapai US$ 125,562 juta, turun 9,32 % dari Tahun 2006 sebesar US$ 138,473 juta. Sebagian besar volume produk diekspor melalui Tanjung Mas yakni sekitar 64,39 %. Komuditas ekspor didominasi oleh pakaian jadi, mebel, kayu masing-masing sebesar 27,40 % dan 20,79 %, sarung tangan kulit 8,41 %, kulit disamak 5,67 %. Andil kelima produk tersebut mencapai 67,60 % dari total nilai ekpor. Tujuan ekspor utama Provinsi DIY ke Amerika Serikat mencapai US$ 55,290 juta atau sekitar 44,03 %, disusul Perancis, Jepang, Spanyol, dan Itali 5,92 %, 4,83 %, 4,16 % dan 4, 15 %. Sisanya 36,91 % dari negara-negara lainnya.

Komuditas Impor Provinsi DIY mencapai US$ 42,623 juta terdiri dari mesin 55,15 %, tektil 10,73 %, kapas 8,74 %, bahan baku susu 8,57 %, polister 7,88%. Sisanya 8,93 % komuditas lainnya.

Nilai Impor yang terbesar berasal dari RRC US$ 25,779 juta atau 60,48 %.

Korea Selatan, New Zealand, Taiwan, Australia masing-masing sebesar 9,13 %, 44 %, 5,77 %, 5,05 %. Sisanya 11,93% dari negara-negara lainnya.

Upah Minimum dan Rata-rata

Berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Upah Minimum Provinsi DIY untuk Tahun 2007 : sebesar Rp. 500.000, Tahun 2008 : Rp 586.000, dan Tahun 2009 : Rp. 700.000,-.

Industri-industri Utama

Berdasarkan Statistik, Provinsi DIY Tahun 2005 tercatat 367 unit industri turun 10,17 % dari tahun sebelumnya berjumlah 411 industri terdiri dari furniture/industri pengolahan (kode 36/37) sebanyak 97 unit usaha, barang galian bukan logam (kode 26) sebanyak 49 unit usaha, kayu/barang dari kayu (tidak termasuk furniture) dan barang anyaman (kode 20) sebanyak 46 unit usaha. Dari status usahanya 43,32 % tidak memiliki badan hukum, 29,16 % berupa PT/NV, 15,53 % berupa CV dan lebihnya 11,98 % berbadan hukum lainnya. Jumlah industri kecil di DIY Tahun 2007 4.804 unit degan jumlah tenaga yang terserap 49.614 pekerja.

Infrastruktur

Jalan

Pada Tahun 2007 dari 249.333,41 km panjang jalan di Provinsi DIY, panjang jalan negara sekitar 0,13 %, panjang jalan Provinsi 0,46 % dan panjang jalan Kabupaten/Kota mencapai 99,41 %. Dengan jenis permukaan aspal 9,59 % dan 0,21 % tanah.

Menurut kondisi jalan 38,70% dalam kondisi baik, 42,74 % kondisi sedang, dan 18,48 % kondisi rusak. Kondisi jalan yang rusak sebagian besar terjadi di jalan-jalan Kabupaten/Kota.

Bandara

Tahun 2007 Bandara Adisucipto yang terletak 9 km dari Pusat Kota Yogyakarta dengan luas wilayah bandara 88.600 m2, jumlah pesawat datang tercatat 11.281 kali turun 2,15 %, dan jumlah pesawat berangkat tercatat 11.278 kali turun 2,14 % dari tahun sebelumnya sebanyak 11.525 kali. Jumlah penumpang datang naik 1.254.330 orang pada Tahun 2006 menjadi 1.280.265 orang pada Tahun 2007 naik 2,07 %. Demikian juga penumpang yang berangkat tercatat 1.269.009 orang atau naik sekitar 2,04 %. Sedangkan penumpang yang transit mengalami penurunan 27,49 % atau 49.275 penumpang. Dari penumpang berangkat dan datang sebagian besar berasal dari Jakarta 59,72 %, Denpasar 10,53 %, Surabaya 6,47 % dan sisanya 14,09 % berasal dari kota lain.

Pelabuhan

Penggunaan Tanjung Emas sebagai pintu ekspor DIY yang utama menunjukkan peningkatan selama 1998-2006, dari 56,54% tahun 1998 menjadi 70,23% pada tahun 2005. Peningkatan ini diikuti oleh pelabuhan Tanjung Priok dan Bandara Adisutjipto. Sementara penggunaan Tanjung Perak dan Soekarno-Hatta menurun.

Ada beberapa alasan mengapa para eksportir memilih moda transportasi tersebut. Hampir separuh menyatakan bahwa alasan mereka memilih moda transportasi tertentu karena biaya yang harus dibayarkan relatif murah, karena lebih aman dibandingkan dengan yang lain, dan kecepatan pengiriman menjadi syarat dalam memilih moda transportasi.

Ditetapkannya bandara udara Adisucipto sebagai International Airport membuka peluang bagi para pelaku bisnis di DIY dan sekitarnya untuk melakukan ekspor via udara.

Perhotelan

Pariwisata merupakan salah satu sektor andalan bagi DIY dalam meningkatkan pendapatan daerah. Tahun 2007 tersedia 38 hotel bintang dengan 3.458 kamar dan 5.640 tempat tidur, 1.039 hotel melati dengan 11.307 kamar dan 17.459 tempat tidur. Tamu asing yang berkunjung ke Yogyakarta menginap rata-rata 2,67 hari, lebih panjang dibandingkan tahun sebelumnya 2,63 hari. Adapun tamu domestik rata-rata menginap selama 1,44 hari, lebih panjang dibandingkan tahun sebelumnya 1,35 hari. Tahun 2006 tingkat hunian kamar hotel naik dari 23,07 % menjadi 29,29 % pada Tahun 2007.Kondisi ini dikarenakan oleh kenaikan tingkat hunian kamar hotel berbintang dan non bintang masing-masing dari 37,86 % menjadi 45,85 % dan dari 19,51 % pada Tahun 2006 menjadi 24,18 % pada Tahun 2007.

Perawatan Kesehatan

Tahun 2007 sarana kesehatan yang tersedia di Provinsi DIY sebanyak 44 unit rumah sakit, 22 unit rumah bersalin, 35 unit balai pengobatan dan 118 unit puskesmas.

Perdagangan

Berdasarkan data dari Disperindagkop Tahun 2008, Provinsi DIY terdapat 5 pusat perbelanjaan (Mall), 283 supermarket/toko modern, 1 pasar tradisional yang bernama Pasar Beringharjo, dan 337 pasar tradisional lainnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar